Menjelang Ramadhan 2019

Ramadan kali ini sedikit lebih istimewa lagi.


Karena saya berada sungguh jauh dari orang tua. Dulu ketika masih menuntut ilmu, hari pertama pasti pulang ke rumah. Sekarang mau pulang juga susah, terlalu jauh. Bukan, tiketnya terlalu mahal.

Waktu disini juga menjadi tantangan yang sepertinya luar biasa berat. Sahur lebih cepat dan berbuka juga lebih cepat. Dua-duanya bisa menjadi masalah. Dimana yang pertama punya potensi ketiduran dan yang kedua punya potensi bukanya setengah jam kemudian karena masih di kereta. Serba salah memang...

Ramadan kali ini kembali saya menyelipkan satu doa tambahan kepada pasukan Merseyside Merah di Inggris sana. Semoga... ya semoga piala nyasar satu saja tahun ini. Bohong besar memang kalau kami tidak mengharap juara. Makanya, berlutut pada Brendan Rodgerspun kami mau. Kalau itupun belum cukup, minggu depannya cium sepatu Chris Hughton pun jadi. Yang penting juara. Aamiin.

Dan semoga huru hara pemilu mereda setidaknya satu bulan saja. Tolonglah, pusing sudah kepala.

Ya, Ramadan kali ini memang tanpa persiapan. Tapi tidak ada alasan untuk tidak berbuat apa-apa. Mau menocba tips & trik dari Imam Syafii membagi malam. Untuk beristirahat, untuk beribadah dan untuk menulis kitab. Kitab yang saya maksud tentu novel saya yang tidak selesai-selesai saya revisi.

Marhaban Ya Ramadan.

Mohon maaf lahir batin.

Comments

Popular Posts