#YNWA! 16/17 Edition
Kata sebuah situs analisis sepak bola lokal, mendukung Liverpool FC bagaikan naik roller coaster.
Saya rasa para Kopites harus setuju dengan mereka.
Dan sebagai pendukung layar streaming dan live score garis keras, saya sangat setuju. Terlebih lagi dengan musim 2016/2017 yang sudah berakhir ini.
Biarpun pendukung layar streaming dan live score, tapi saya menonton langsung laga pembuka melawan Arsenal. Drama kejar-kejaran gol yang benar-benar gila terjadi di pertandingan ini. Gol tendangan bebas Coutinho, blok penalti Mignolet yang semenit kemudian kebobolan, solo run Mane yang membuat saya langsung menjadikan Mane pemain favorit saya musim ini dibawah Coutinho, Firminho, dan Mignolet.
Sebuah setup cerita indah yang dibuat bosque Jurgen Klopp, membawa asa dan harapan Liverpool bakal menjuarai liga musim ini dan lelucon Next Year akan berhenti di musim itu.
Hasil paruh musim baik sekali. Beredar terus di 4 besar, sekitar sepertiga waktu berada di posisi dua, dan dua pekan (kalau tidak salah) menjadi pemuncak klasemen. Asa untuk menjadi juara terus terpompa saat itu. Semuanya sudah optimis, tahun ini bakal buka puasa.
But, after New Year, so many sh*ts happened.
But, after New Year, so many sh*ts happened.
Sebenarnya sulit mengkambinghitamkan kepergian Sadio Mane sebagai sumber kekacrutan Laskar Merseyside Merah waktu itu. Toh, ketika Mane balik setelahnya, masih kalah dan imbang juga. Barulah sekitar dua atau tiga pertandingan setelah dia balik, baru dapat 3 poin lagi. Kalau saya, mungkin dua. Yang pertama jelas jadwal sinting dari FA. Ajegile ajekonde, seminggu bisa main tiga kali pak. Jadi korban kita pak, sama klub tetangga jauh, Emyu. Yang kedua, masalah klasik Liverpool. Bahkan sudah ada sejak Malam Ajaib Istambul. Dimana tidak ada target man dan menyebabkan para winger, playmaker, dan posisi menyerang lainnya hanya berputar-putar di daerah lawan yang sudah menerapkan taktik parkir bus, truk, atau pesawat terbang. Taktik ini membuat saya membanting ponsel (kekasur :p) ketika Liverpool harus cabut dari FA Cup. Sebenarnya mau nyebut kegeblekan bek, tapi sebagai penganut paham sepakbola menyerang, maka tak apalah selama kebobolan 99 gol tapi mencetak 100 gol.
Dan ternyata hal ngawur itu belum terlalu selesai. Dikalahkan Crystal Palace dan imbang dengan Liverpool B (baca : Southampton) adalah bukti sahih Liverpool belum bangkit 100%. Dan target realistis cuman kembali ke Liga Champions a.k.a finis di 4 besar. Dan syukurlah berhasil, walau harus ikut playoff, mudah-mudahan menang! (Kalau Emyu kalah di Final UEL dan tetap main di Liga Malam Jumat lagi, lengkap kebahagian saya pak HAHAHA!)
Ada banyak yang harus diperbaharui Klopp untuk musim depan. Yang pertama dan utama, tentu mencari striker haus gol. Terserah siapa saja, asalkan klop dengan Klopp, tidak apa-apa. Untuk para pemain akademi macam Ben Kayubakar dkk harusnya agak dibanyakkan jam terbang untuk musim depan. Kasih aja latih tanding dengan klub EPL atau EFL tapi skuad kebanyakan para pemain akademi. Yang dari saya lihat mereka masih gugup, gagok, nervous, atau apalah yang sejenis dengan itu. Dan yang terakhir, tulung dimatengi Karius. Ntu kiper dibeli bukan untuk pamer kegantengan rambut klimisnya itu. Musim depan bakalan main di Eropa. Setidaknya ada rotasi kiper rutin.
Jadi, terima kasih EPL 2016/2017.
EPL 2017/2018, kami datang!
Jadi, terima kasih EPL 2016/2017.
EPL 2017/2018, kami datang!
Diakhir kata, untuk para pendukung Liverpool, apapun namanya, dari negara apa saja, dari alam apa saja, dari kalangan mana saja, dari usia mana saja, dan benar-benar dari mana saja, mari jangan bosan-bosannya melantangkan dengan penuh semangat jargon legendaris yang katanya lelucon itu. Karena bagi kita jargon itu adalah harapan dan doa yang akan dipanjatkan sampai jargon itu bukan lelucon lagi.
Comments
Post a Comment