Goalkeeper - The Origin

Pada bursa transfer musim panas 2015, ada dua legenda sepak bola yang ikonik di klubnya masih-masing pergi dari klub itu. Kedua legenda itu pergi dengan cara yang berbeda pula. Xavi Hernandez, ikon klub Barcelona pergi dengan sangat megah dan meriah di Camp Nou, walau tetap diikuti banjir air mata para fans (dan decul?). Di klub tetangga sekaligus rival abadi, Real Madrid, Iker Casillas juga harus pindah dari klub ibukota paling sukses itu. Dan beliau dilepas dengan cara yang menurut saya (mungkin juga anda, gatau kalau decul) sangat tidak pantas seorang legenda sebuah klub. Hanya sebuah ruangan jumpa pers biasa, mikropon, dan akuanya Spanyol. Bahkan tisu untuk menghapus air mata Santo Iker saja baru ada ketika beliau sudah mulai terisak.

"WTF with you, papa Perez?" that what i said that time.

Itu adalah momen paling menyedihkan dalam sejarah sepak bola. Dari bejibun gol Pele yang ternyata offside, sampai 9 Ballon d'or yang hanya dimenangkan oleh Demi-God dan Robot sampai sekarang, momen itu tetap paling meyedihkan.

Disaat yang sama, saya sedang menulis... apa yah... sebutannya... emm... emmm.. emmmm...

Oke, saya bukan Rooney yang sedang diwawancarai.

Saya menulis naskah novel saya yang pertama. Cerita tentang, yah... sebenarnya saya sudah lupa. Intinya itu tentang  persaingan dua anak yang... ah itulah. Itu ceritanya ancur abis dan saya terjebak di penyakit penulis paling menakutkan, writer's block. Saya kelewat buntu saat itu, tidak tahu ingin melanjutkan apa.

Pada akhirnya, naskah itu akhirnya saya tinggalkan.

Namun, keinginan saya untuk membuat novel tak pernah ingin dilupakan, begitu juga dengan kepindahan Iker Casillas yang menyedihkan itu.

Ditahun itu, saya sudah mulai maniak anime, yang sebelumnya hanya penggemar Tokusatsu. Dua anime pertama yang saya tonton adalah Attack on Titan dan Kuroko no Basket. Judul yang kedua setelah maraton menontonnya, saya terinspirasi untuk kembali menulis. Dan kali ini, saya tidak ingin kehilangan arah. Saya ingin menulis sebuah cerita olahraga.

Tadinya, saya ingin menuliskan tentang basket. Tapi, basket bukan sesuatu yang dekat dengan hidup saya. Memang saya bisa, tapi pada tahun itu siapa yang memenangi NBA saja saya tidak tahu, lebih parahnya saya tidak ingin mencari tahu. Basket tidak lebih dari sekedar alat menurutkan berat badan sampai sekarang. Makanya, saya menulis tentang olahraga yang lebih dari sekedar mencari keringat, sepak bola. Saya menulis sepak bola dari sebuah cerita basket. Bodoh kan? Woiya lah!

Pencarian tentang apa yang ingin saya ceritakanpun dimulai. Saya ingin menceritakan seorang penyerang yang tajam, terlalu mainstream. Menceritakan tentang seorang gelandang yang hebat, yang sanggup membongkar parkir busnya Mourinho, dikira saya sedang membuat cerita kawean dari Captain Tsubasa. Mau bercerita tentang seorang bek, aneh bener. Memangnya siapa yang peduli dengan bek? Ya, saya peduli sih, terutama debat kusir Gerard Pique dan Sergio Ramos. Very much worthy of attention.

Saya teringat lagi dengan Iker Casillas. Dengan kehebatannya dibawah gawang, bersama Real Madrid dan TimNas Spanyol, beliau bejibun gelar. Tapi, bejibun gelar itu akan langsung sirna ketika gelontoran gol yang kadang tidak masuk akal untuk sekelas derby besar dari Demi-God Lionel Messi dan dua penyerang figuran lainnya (yang berganti-ganti tiap tahun, belakangan tidak, ternar dengan nama beken MSN). Santo Iker tetap tabah dan memungut bola dari jalanya dengan tatapan hampa. Beliau sudah berusaha terbang kesana sini, tapi apa daya. Beliau bukan Superman yang sempaknya diluar (belakangan tidak), dan bek-bek Madrid kadang terlalu gampang untuk ditipu dan dipermainkan oleh orang sekecil Messi. Lionel Messi, bukan Mbida Messi. Ingat itu, biarpun sama-sama bernama Messi dan kecil.

Saya mengetahui perasaan itu, karena kebetulan saya menyukai sepak bola dan bermain sepak bola itu juga (baca: futsal) dan kebetulan posisi saya adalah kiper. Bukan karena jago, tapi badan saya paling besar. Jadi gawang futsal itu setengah ditutupi. Tapi, dengan badan yang besar itupun saya masih gampang kebobolan. Entah kenapa, saya juga tidak mengerti. Saya juga menolak disalahkan ketika kebobolan karena lagi menghayal, mengupil, atau mengeluarkan kentut pelan-pelan.

Sedikit banyak, saya mengetahui sebuah tekanan yang dialami sebuah kiper. Perhatian akan tertuju banya kepada pemain yang mencetak gol banyak. Sebaliknya, agak jarang orang yang memperhatikan bagaimana seorang kiper mati-matian terbang kesana kemari demi menghalau bola masuk ke gawang. Bahkan sampai ada yang gegar otak segala dan sampai sekarang memakai helm ketika bermain.

Karena itu, saya ingin bercerita tentang sepak bola, dari sudut pandang seorang kiper.

Jadilah sebuah konsep cerita tentang seorang siswa pindahan ke sebuah SMA bernama Aditya Arata. Dia adalah jagoan basket di SMPnya dulu, tapi sempat berhenti di SMA kelas satu. Dan dia pindah ke SMA barunya ini dengan semangat baru, ingin main basket lagi dan kembali menjadi pahlawan. Sayangnya, SMAnya tidak mempunyai eskul basket, atau lebih tepat eskul basketnya ditiadakan karena tindakan kekerasan angkatan sebelumnya. Disaat dia tidak tahu ingin berbuat apa, dia malah ditunjuk menjadi kiper futsal ketika kelasnya bertanding pada suatu hari. Dengan menjadi kiper pada hari itu, hidup Aditya nantinya akan banyak berubah.

Naskah ini dikerjakan mulai selepas tahun baru 2016. Sempat di tersendat di kuartal pertama dan kedua, novel ini lancar lagi dikerjakan ketika saya sedang semester lima (mulai September 2016) sampai sekarang. Dari 16 bab dengan epilog, sudah dikerjakan sampai bab 11. Payah memang, tapi ketimbang tak dikerjai sama sekali.

Targetnya, paling tidak saya menyelesaikannya sampai draft terakhir menurut saya itu sekitar Juli. Karena kalau bisa, ketika September saya sudah bisa bersiap langsung ke penerbit terjauh untuk mengajukan novel saya, atau mengirimnya saja, atau apalah. Yang penting sebelum akhir tahun ini sudah selesai. Kalaupun ditolak penerbit disana-sini, paling-paling saya menerbitkannya mingguan di website webnovel macam Wattpad. Tapi, pengennya sih berhasi menembus penerbit, hahaha...

Jadi yah, begitulah. Salah satu kerjaan sampingan saya selain menjadi mahasiswa hukum yang sedang menghadapi semester terberatnya dan membuat promosi Leicester City di gim FIFA Manager 2013.

Oh ya, judul calon novel ini Goalkeeper, sama seperti judul postingan ini, dan posisi pemain di bawah ini.

Sudah tahu saya fans klub apa?

Comments

Popular Posts