Jakarta

Jakarta, Ibukota Indonesia yang problematik ini merayakan ulang tahunnya yang ke 494 tahun. Untuk itu, selamat!

Jakarta adalah salah satu dari banyak penyesalan dari dalam hidup. Sialnya, saya tidak ada kesempatan untuk menjadikannya sebagai yang pertama untuk ditebus walau sekilas saya punya kesempatan untuk melakukannya. Tidak seperti yang lain.

Maret lalu, secara surealis saya bisa kembali lagi ke sana untuk waktu yang teramat singkat dan situasi yang begitu mencekam. Ada dua kesedihan yang membuat saya hampir mewek kala merayap lagi di kemacatan ibukota.

Yang pertama ada kondisi keluarga saya yang membuat saya akan sangat berat hati bahkan hanya meninggalkan mereka ke Medan saja. Apalagi ditambah terpisah jarak dua jam perjalanan udara yang terpisah dua pulau. Kenyataan pahit tersebut saya telan pahit-pahit sambil melihat gedung pencakar langit yang masih berdiri tangguh itu.

Yang kedua adalah kondisi kota tersebut setelah terhantam pandemi. Seperti seseorang yang baru berpisah dengan sang kekasih. Terlihat baik-baik saja di luar. Tapi teramat terluka di dalam. Saya tidak bisa ke beberapa tempat favorit dulu, tutupnya tempat makan kesayangan, dan yang paling parah terpaksa menghindari KRL. Hari saya dulu dimulai dan diakhiri dengan berdesakan dan sikut-sikutan di dalam gerbong KRL dan ketika saya kembali, saya tak bisa merasakan hal tersebut. Demi keselamatan sendiri dan orang lain.

Dua hari ini berita tentang ibukotapun hanya berupa kabar buruk. Virus nganu itu terus menggila dan saya tak bisa bayangkan apa yang terjadi bila ini berlangsung dua atau tiga tahun lalu. Karena, dengan pola kebijakan yang seperti ini sepertinya ibukota tidak akan pulih secepat itu.

Ya sudahlah. Semoga mereka yang diatas sana terbuka matanya pada suatu saat dan semuga saat itu belum terlalu terlambat.

Sekali lagi, selamat ulang tahun Jakarta. Semoga secepatnya pulih. Titip mimpi dan asa yang dahulu agar bisa dilanjutkan oleh para perantau tangguh yang ingin menaklukkan kejamnya ibukota.




Comments

Popular Posts